Bagaimana Larangan Mudik Berdampak ke Jasa Marga (JSMR)?
[Waktu baca: 5 menit]
Pemerintah kembali melarang masyarakat untuk melakukan mudik pada 2021 sebagai bagian dari upaya mencegah penyebaran virus corona. Ini adalah larangan mudik yang kedua setelah larangan pertama pada 2020 saat virus corona mulai menyebar di Indonesia.
Mudik atau perjalanan pulang kampung merupakan salah satu tradisi Indonesia menjelang hari besar keagamaan seperti Idul Fitri. Sebelum pandemi, mudik ditaksir dilakukan oleh lebih dari 20 juta orang di seluruh Indonesia.
Dalam mudik tersebut, masyarakat menggunakan seluruh moda transportasi yang tersedia di Tanah Air: sepeda motor, mobil, bus, pesawat, kereta api, kapal bahkan sepeda. Semua jalur dipakai untuk mudik: jalan raya, jalur laut, jalur udara.
Dari berbagai jalur tersebut, angkutan darat merupakan angkutan paling populer di Indonesia. Masyarakat menggunakan angkutan umum sampai angkutan pribadi untuk membawa diri dari satu tempat ke tempat lainnya.
Suatu fenomena yang terjadi hampir setiap tahun adalah kemacetan lalu lintas saking banyaknya kendaraan yang melintas dalam periode mudik Lebaran tersebut. Kemacetan itu bahkan terjadi di jalan tol atau jalan bebas hambatan.
Namun, kemacetan di jalan tol tersebut menjadi pemandangan langka dalam dua tahun terakhir (2020-2021) akibat kebijakan pemerintah yang melarang mudik Lebaran. Bagi perusahaan pengelola jalan tol, kemacetan berarti meningkatnya volume lalu lintas transaksi.
Sebaliknya, tidak adanya kemacetan berarti penurunan volume kendaraan yang melintas di jalan tol. Penurunan volume itu berarti penurunan pendapatan perusahaan jalan tol terbesar di Indonesia: Jasa Marga.
Jasa Marga menjadi salah satu emiten yang terdampak kebijakan larangan mudik. Kendati demikian, lalu lintas mudik bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan sepanjang tahun,
Larangan Mudik dan Jasa Marga
Jasa Marga merupakan perusahaan pengelola jalan tol terbesar di Indonesia. Sampai akhir 2019, Jasa Marga mengoperasikan jalan tol sepanjang 1.162 kilometer atau 67 persen seluruh panjang tol di Indonesia.
Di Jawa atau pulau dimana arus mudik paling deras terjadi, Jasa Marga mengelola jalan tol yang tersambung satu dengan lainnya yang disebut sebagai "Trans Jawa".
Jasa Marga, melalui perusahaan, anak usaha atau entitas ventura bersama, mengelola 667 kilometer panjang jalan tol Trans Jawa tersebut. Ruas jalan tol itu yang banyak dilewati pemudik yang menggunakan mobil pribadi atau bus.
Pada 2019, perseroan melayani volume lalu lintas transaksi harian rata-rata arus mudik dan arus balik Lebaran 2019 sebesar 194.000 kendaraan per hari. Volume lalu lintas harian rata-rata tersebut merupakan volume lalu lintas terbesar yang pernah dilayani Jasa Marga. Tentu saja, selain Trans Jawa, Jasa Marga juga mengelola berbagai ruas jalan tol lain di Sumatera dan Bali.
Ruas Jalan Tol yang Dikelola Jasa Marga
Sumber: Laporan Tahunan
Pada 2021, larangan mudik diberlakukan pada 6-17 Mei 2021. Dengan kata lain, larangan mudik itu kemungkinan besar akan berdampak terhadap volume lalu lintas kendaraan Jasa Marga pada kuartal II/2021.
Kemungkinan itu berkaca dari pengalaman 2020. Pada masa mudik Lebaran 2020, volume lalu lintas Jasa Marga tercatat hanya 465.582 unit atau turun 60 persen dibandingkan dengan 1,21 juta dalam periode mudik Lebaran 2019.
Penurunan volume itu sedikit banyak berdampak terhadap pendapatan tol Jasa Marga pada kuartal II/2020 yang mencapai Rp3,9 triliun atau turun 18 persen dibandingkan dengan Rp4,7 triliun pada kuartal II/2019.
Penurunan pendapatan tol itu tidak sebesar penurunan pendapatan konstruksi Jasa Marga yang mencapai 70 persen. Seperti diketahui, Jasa Marga memiliki tiga sumber pendapatan dari tol, non-tol dan konstruksi.
Laba bersih perusahaan tidak luput terkena dampak pandemi. Dalam beberapa tahun terakhir, laba Jasa Marga selalu mencapai Rp1 triliun pada kuartal II. Namun, pada kuartal II/2020, laba Jasa Marga hanya tembus Rp105 miliar atau turun 90 persen secara year on year.
Kinerja Jasa Marga Kuartal II 2017-2020 (dalam jutaan Rupiah)
Kendati demikian, perlu diingat bahwa momentum mudik Lebaran berkontribusi kurang dari 1 persen dari seluruh volume lalu lintas Jasa Marga sepanjang tahun. Dengan kata lain, periode mudik Lebaran bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan setahun penuh.
Bagaimana Kinerja 2021?
Sebagai pengingat, volume lalu lintas transaksi perusahaan mencapai 947,1 juta transaksi atau 2,6 juta kendaraan per hari pada 2020 atau turun 20,5 persen dibandingkan dengan realisasi pada 2019. Apakah volume akan turun pada 2021 tersebut dibandingkan dengan 2020?
Kendati volume lalu lintas kemungkinan besar akan turun pada momentum Lebaran, volume lalu lintas Jasa Marga secara keseluruhan akan mulai membaik pada 2021 dibandingkan dengan 2020. Hal itu disebabkan sejumlah hal.
Pertama, mobilitas masyarakat mulai pulih pada 2021. Pemerintah menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pada 2021, namun kebijakan itu tidak seketat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada 2020.
Pada saat ini, masyarakat sudah cenderung berani keluar rumah untuk melakukan berbagai aktivitas di 2021. Keberanian itu timbul karena berbagai faktor, mulai dari faktor kebosanan akut berdiam di rumah hingga faktor vaksinasi yang sudah dimulai pemerintah sejak Januari 2021.
Data mobilitas itu setidaknya dapat dicermati dari data Google Mobility Report. Berdasarkan data per 6 Mei 2021, tren mobilitas masyarakat semakin meningkat, setidaknya dibandingkan dengan setahun sebelumnya ketika virus corona mulai menyebar di masyarakat.
Sebagai contoh, tren mobilitas masyarakat ke tempat seperti restoran, kafe, pusat perbelanjaan, museum, perpustakaan, bioskop dan sebagainya turun 2 persen pada awal Mei 2021 dibandingkan dengan baseline-nya. Penurunan itu jauh lebih rendah dibandingkan dengan awal pandemi dimana penurunan mencapai 47 persen.
Pada saat ini, perusahaan juga mulai banyak yang menerapkan bekerja dari kantor (work from office/WFO) setelah sempat menerapkan bekerja dari rumah (work from home/WFH). Dengan demikian, mobilitas masyarakat dari rumah ke kantor juga kembali menggeliat.
Kedua, kondisi ekonomi perlahan pulih pada 2021 dibandingkan dengan 2020. Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih minus 0,74 persen pada kuartal I/2021 dibandingkan dengan kuartal I/2020.
Menurut data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik, dibandingkan dengan kuartal sebelumnya atau kuartal IV/2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia terkontraksi 0,96 persen pada kuartal I/2021.
Kendati demikian, pertumbuhan ekonomi minus 0,74 persen pada kuartal I/2021 itu lebih baik dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang minus 2,19 persen (kuartal IV/2020), minus 3,49 persen (kuartal III/2020) dan minus 5,32 persen (kuartal II/2020).
Perbaikan kondisi ekonomi itu dapat berdampak terhadap penggunaan infrastruktur seperti jalan tol. Dengan demikian, jika tren pemulihan ekonomi terus berlanjut di kuartal-kuartal berikutnya sampai akhir 2021, volume lalu lintas dapat kembali memantul di 2021 dibandingkan dengan 2020.
Seperti diketahui, Jasa Marga membukukan pendapatan Rp8,76 triliun pada 2020, turun 13,50 persen dibandingkan dengan Rp10,13 triliun pada 2019. Laba perusahaan turun hingga 77 persen menjadi Rp501 miliar pada 2020 dibandingkan dengan Rp2,2 triliun.
Artinya, sepinya lalu lintas pada masa mudik Lebaran akan "diganti" oleh ramainya lalu lintas pada hari-hari yang lain. Kinerja Jasa Marga pada 2021 barangkali belum kembali ke level pra-pandemi, namun kemungkinan akan meningkat dibandingkan dengan 2020 sebagai bagian dari pemulihan di tengah masa yang sulit.
Date: