6 Etika Meminjam Uang Kepada Teman
[Waktu baca: 4 menit]
Bagi sebagian orang, teman adalah "sumber" meminjam uang yang paling dekat serta paling mudah. Tidak heran banyak orang yang memilih meminjam uang kepada teman dalam jumlah yang bervariasi.
Kendati tampak mudah, meminjam uang juga memiliki risiko yang tidak ringan. Pasalnya, "agunan" atau "jaminan" dari meminjam uang teman adalah hubungan pertemanan yang sudah terjalin dalam kurun waktu tertentu.
Tidak jarang kita temui hubungan pertemanan menjadi rusak karena peminjam tidak mengembalikan uang pinjaman kepada pemberi pinjaman. Situasi kian parah ketika masalah itu dibawa ke ranah hukum.
Dalam sejumlah kasus ekstrim, masalah utang piutang ini bahkan diselesaikan dengan cara yang menyakitkan seperti mengumbar informasi di media sosial hingga menggunakan kekerasan.
Bagaimana sebaiknya sikap kita ketika hendak meminjam uang? Bagi kamu yang berencana meminjam uang kepada teman, berikut ini sejumlah etika yang harus diperhatikan sebagai peminjam:
1. Komitmen Pelunasan
Sebelum meminjam uang dari teman, kita harus memiliki komitmen untuk melunasi pinjaman tersebut bagaimanapun caranya. Melunasi pinjaman adalah kewajiban bagi peminjam dan sebaliknya, menerima pengembalian pinjaman adalah hak bagi pemberi pinjaman.
Meminjam uang dalam jumlah yang relatif kecil biasanya tidak disertai kesepakatan tertulis melainkan hanya kesepakatan lisan. Komitmen pelunasan pinjaman juga perlu disertai rencana jangka waktu pengembalian dan besarannya.
Oleh karena itu, rencana meminjam uang kepada teman juga perlu memikirkan cara mengembalikan pinjaman tersebut beserta jangka waktunya. Ingat, meminjam uang tidak sama dengan mengemis.
2. Paham Kondisi
Sebelum meminjam uang dari teman, kita juga perlu memahami kondisi teman yang dimintai pinjaman. Jangan meminjam uang kepada teman yang sedang dilanda musibah atau menghadapi masalah tertentu.
Musibah itu dapat terjadi dalam berbagai bentuk, mulai dari pemutusan hubungan kerja (PHK), pemotongan gaji, anggota keluarga sakit, bencana alam dan sebagainya.
Tidak ada salahnya untuk bertanya terlebih dulu mengenai kondisi teman tersebut sebelum mengajukan pinjaman. Apabila teman ternyata sedang mengalami masalah finansial, ada baiknya kita mengurungkan niat tersebut.
3. Jangan Marah
Sebagai peminjam uang, kita harus pintar mengelola emosi, terutama ketika ditagih untuk melunasi pinjaman. Perlu diingat, pemberi pinjaman yang menagih pelunasan utang adalah hal wajar.
Oleh karena itu, peminjam uang seharusnya tidak marah ketika pemberi pinjaman menagih pelunasan utang tersebut. Saat tidak bisa mengembalikan pinjaman ketika ditagih, peminjam harus menjelaskan alasannya dengan jujur dan terbuka. Jangan sampai pengutang menjadi lebih galak daripada pemberi utang!
4. Perjanjian
Tidak ada salahnya membuat perjanjian atau kesepakatan tertulis mengenai utang-piutang antar teman tersebut, terutama ketika pinjaman yang diberikan relatif besar.
Perjanjian ini perlu dibuat untuk menjadi salah satu bukti hukum ketika ada masalah di kemudian hari. Pinjaman dengan perjanjian biasanya dibuat ketika menyangkut urusan dagang atau bisnis.
5. Kondisi Darurat
Meminjam uang kepada teman sebaiknya dilakukan ketika kita menghadapi kondisi darurat dan untuk kebutuhan yang sangat mendesak. Misalnya, kita baru saja dipecat dari pekerjaan dan membutuhkan uang untuk membeli makanan.
Tidak jarang terjadi meminjam uang dilakukan untuk memenuhi keinginan yang tidak mendesak seperti belanja kebutuhan konsumtif atau bersenang-senang. Kondisi ini dapat memicu kejengkelan pemberi pinjaman.
6. Awal dan Akhir yang Baik
Proses meminjam uang sebaiknya diawali dengan cara yang baik dan juga diakhiri dengan cara baik pula. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan bahasa yang sopan.
Ketika meminjam uang, kita dapat menggunakan bahasa yang tidak menekan, tidak mengancam atau intimidatif. Saat mengembalikan uang, mengucapkan terima kasih adalah suatu keharusan yang tidak boleh diabaikan.
Date: