3 Tips Cegah Boros Belanja Pakaian Saat Ramadan
[Waktu baca: 3 menit]
Bagi sebagian orang, awal Mei 2020 ini adalan "pekan kesekian" masa karantina diri di tengah penyebaran virus corona yang kian masif di berbagai daerah di Indonesia.
Pemerintah dan para ahli menganjurkan masyarakat untuk beraktivitas (bekerja, belajar, beribadah dan sebagainya) di rumah untuk memutus penyebaran virus corona yang kian masif.
Dalam situasi dimana masyarakat harus lebih banyak berada di dalam rumah, masyarakat kini mengandalkan toko online untuk belanja berbagai barang, mulai dari kebutuhan primer, sekunder hingga tersier.
Tentu saja, tidak ada salahnya berbelanja melalui toko online tersebut. Aktivitas belanja di toko online itu menggairahkan perekonomian yang dalam kondisi sulit pada saat ini sekaligus bagian dari upaya physical distancing.
Namun, dalam kasus tertentu, sebagian orang justru tidak dapat mengendalikan dirinya dengan berbelanja secara berlebihan. Dengan kata lain, individu tersebut menjadi boros sehingga kondisi keuangan personalnya terganggu.
Salah satu benda yang sering dibeli melalui marketplace adalah pakaian (baju, celana dan sebagainya). Berikut ini sejumlah tips mencegah boros belanja baju yang dapat diterapkan ketika menjalani #RamadanDiRumahAja:
1. Audit Pakaianmu
Sebelum membeli pakaian baru, kita perlu melakukan apa yang disebut sebagai "audit pakaian". Konsep ini diartikan berbagai macam oleh banyak pihak. Secara umum, konsep ini diartikan dengan memilah pakaian ke dalam beberapa kategori untuk menentukan kebutuhan.
Salah seorang penulis di The Financial Diet, Ginnie J Wong, menceritakan caranya dalam wardrobe audit. Dia mengkategorikan pakaiannya menjadi tiga bagian: pakaian yang disukainya, pakaian yang sering dipakai dan pakaian yang jarang atau tidak dipakai sama sekali.
Pemisahan itu membantu untuk menentukan pakaian mana yang cocok dengan gaya hidup dan gaya personal pada saat ini. Kalau pakaian baru yang mau kita beli ternyata masuk ke kategori "pakaian yang tidak dipakai sama sekali", lalu untuk apa beli baju baru?
2. Terapkan Aturan "25 Kali Pakai"
Sebelum membeli pakaian baru, kita harus memastikan bahwa pakaian itu akan dipakai berkali-kali. Misalnya, kita hendak membeli kaos. Sebelum memutuskan untuk melakukan pembayaran, kita perlu bertanya kepada diri sendiri: kaos ini akan dipakai berapa kali?
Kalau jawabannya hanya satu atau dua kali pakai, lebih baik urungkan niat untuk membeli kaos baru. Apalagi kalau kaos lama di lemari masih bisa digunakan. Kita bisa menetapkan batas minimal pemakaian, misalnya, 25-30 kali pakai sebelum membeli pakaian baru.
Penetapan batas itu membantu kita lebih sadar dalam mengambil keputusan pembelian pakaian. Ingat, sebuah barang dibeli untuk dipakai tidak hanya sekali.
3. Beli Ketika Rusak
Tips lain untuk mencegah pemborosan adalah membeli pakaian baru ketika pakaian lama sudah rusak. Prinsip ini dapat diterapkan supaya kita dapat membeli pakaian sesuai kebutuhan.
Misalnya, kita ingin membeli baju koko yang akan digunakan untuk beribadah di bulan Ramadan. Sebelum membeli, kita perlu melihat lagi koleksi baju di lemari. Apakah ada baju koko yang masih bisa dipakai?
Kalau kita mendapati bahwa kita memiliki baju koko yang masih bagus (tidak rusak, ukuran pas dan bersih) berarti rencana membeli baju baru bisa diurungkan. Daripada membeli baju koko baru, kita bisa menggunakan pakaian lama tersebut untuk mencegah pemborosan.
Penasaran bagaimana cara mengelola keuangan berbasis Syariah? Apa saja yang diperbolehkan dan tidak? Yuk, join di webinar Shariah Savvy untuk lebih paham tentang mengelola keuangan berbasis Syariah.
Date: