Laba Bank Mandiri (BMRI) Susut 25% Kuartal I/2021

Date:

[Waktu baca: 3 menit]

Laba bersih salah satu bank terbesar di Indonesia, Bank Mandiri (BMRI), turun 25% menjadi Rp5,9 triliun pada kuartal I/2021 dibandingkan dengan Rp7,9 triliun pada kuartal I/2020.

Salah satu penyebab turunnya laba bersih BMRI adalah peningkatan biaya provisi atau cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) menjadi Rp5 triliun pada kuartal I/2021 dibandingkan dengan Rp3 triliun pada kuartal I/2020.

Secara sederhana, pencadangan adalah dana yang disisihkan bank untuk mengantisipasi jika terjadi pemburukan kualitas kredit oleh nasabah. Dana ini akan digunakan untuk menutupi kerugian yang disebabkan oleh gagal bayar kredit, sehingga tidak sampai mempengaruhi stabilitas bisnis bank.

Sebelum biaya provisi itu, laba bersih BMRI naik 1,7% pada kuartal I/2021 dibandingkan dengan kuartal I/2020. Pendapatan bunga bersih BMRI mencapai 12,6% menjadi kuartal Rp17,5 triliun pada kuartal I/2021. Secara konsolidasi, pendapatan tumbuh 7,2% pada tiga bulan pertama 2021.

Secara keseluruhan, kredit BMRI naik 9,1% menjadi Rp984,8 triliun. Rasio Non Performing Loan (NPL) terjaga di kisaran 3,15% dan rasio pencadangan terhadap NPL lebih dari 220%. 

Manajemen BMRI berpandangan bahwa laju pertumbuhan ini merupakan pertanda positif dengan mulai berdenyutnya permintaan dunia usaha. Berbagai portofolio kredit BMRI seperti Kredit Usaha Rakyat naik 35,4% pada tiga bulan pertama 2021.

Bagaimana sebenarnya kondisi BMRI di tengah pandemi virus corona yang meluluhlantakkan perekonomian Indonesia? BMRI juga merupakan salah satu bank yang menjadi penerima terbesar penempatan dana negara untuk program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Simak ulasannya lebih rinci dalam artikel berikut: Menilai Kinerja Tiga Bank BUMN (BMRI, BBRI, BBNI)