Apa Dampak Pilpres AS ke Pasar Saham Indonesia?
[Waktu baca: 6 menit]
Masyarakat Amerika Serikat mengikuti Pemilihan Presiden Amerika Serikat yang baru pada Selasa, 3 November 2020 waktu setempat dengan calon yaitu petahana Donald Trump dari Partai Republik dan Joe Biden dari Partai Demokrat.
Setelah melewati serangkaian perdebatan dan kampanye yang seru, kontestasi politik di negeri Paman Sam itu menarik untuk dicermati karena situasi politik yang berdampak ke kebijakan ekonomi dan bisnis di Amerika Serikat sedikit banyak akan berdampak ke negara-negara lain, termasuk Indonesia.
Amerika Serikat adalah salah satu negara dengan investasi yang besar di Indonesia, selain Singapura, China, Jepang dan sebagainya. Bagi Indonesia, Amerika Serikat adalah mitra dagang yang penting mengingat besarnya ekspor Indonesia ke negara adidaya tersebut.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada Agustus 2020, neraca perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat surplus US$1 miliar dimana Indonesia mengekspor US$1,6 miliar dan mengimpor US$578,8 juta.
Biden vs Trump: Dari Isu Pajak Sampai Perang Dagang
Dalam kompetisi politik ini, Biden dan Trump memiliki rencana kebijakan ekonomi yang bertolak belakang satu sama lain. Salah satu perbedaan kontras kedua belah pihak adalah pajak.
Biden, misalnya, yang berencana meningkatkan pajak masyarakat berpendapatan tinggi. Pajak tersebut diharapkan dapat menjadi alat untuk mengatasi masalah ketimpangan kemakmuran dan pendapatan yang ekstrim di negara tersebut.
Dikutip dari harian Kontan (2 November 2020), Biden berencana meningkatkan pajak individu dengan pendapatan di atas US$400.000 menjadi 39,6% dari sebelumnya 37%.
Di samping itu, Biden juga berencana meningkatkan tarif pajak penghasilan badan dari 21% menjadi 28%. Sebaliknya, Trump yang pernah diberitakan mengalami isu tidak membayar pajak justru berencana untuk mengurangi pajak penghasilan.
Isu pajak ini adalah salah satu isu panas. Situs resmi Joe Biden membahas rencana Trump menurunkan capital gains rate atau pajak yang dibayarkan dari keuntungan investasi menjadi sebesar 15%. Biden membandingkan dengan masyarakat umum di Amerika Serikat yang harus membayar tarif pajak sebesar 22%.
Salah satu janji Biden adalah meminta korporasi dan orang-orang kaya Amerika Serikat membayar pajak dengan nilai yang seharusnya (fair share). Dengan penarikan pajak tersebut, pemerintah Amerika Serikat akan memiliki anggaran yang lebih banyak untuk memulihkan perekonomian negara yang terpukul akibat pandemi virus corona.
Dalam salah satu dokumen yang diunggah di situs resmi Joe Biden, Partai Demokrat menyatakan akan segera mengambil langkah sesegera mungkin untuk mengeluarkan ekonomi Amerika Serikat dari resesi dengan cara berinvestasi di infrastruktur, energi bersih, usaha kecil dan sebagainya. Langkah itu diharapkan dapat memberikan pekerjaan kepada jutaan masyarakat Amerika Serikat.
Di samping itu, kebijakan Donald Trump yang cukup populer di negara tersebut adalah perang dagang melawan negara adidaya lainnya, China. Dalam perang dagang itu, pemerintah Amerika Serikat memberlakukan bea masuk yang tinggi atas produk-produk China. Peningkatan bea masuk itu berdampak terhadap ekspor produk-produk China ke Amerika Serikat.
Perang dagang ini adalah salah satu isu ekonomi internasional yang paling menonjol yang dibuat oleh Trump. Perang dagang dianggap cukup berpengaruh terhadap perekonomian di negara-negara lain yang memiliki hubungan dagang dengan Amerika Serikat atau China.
Apa Dampak ke Saham Indonesia?
Siapapun yang terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat akan sedikit banyak berpengaruh terhadap pasar saham Indonesia. Apabila Biden menang, salah satu sektor yang diperkirakan akan mendapatkan sentimen positif adalah pertambangan. Mengapa?
Salah satu mimpi Biden bersama Partai Demokrat adalah melakukan revolusi energi bersih (clean energy revolution) di Amerika Serikat. Biden ingin Amerika Serikat mengembangkan industri yang berorerientasi energi bersih. Salah satu contoh industri tersebut adalah mobil listrik yang tidak menggunakan bahan bakar fosil.
Hal itu tentunya akan menguntungkan sektor pertambangan Indonesia mengingat Indonesia adalah satu negara penghasil nikel terbesar di dunia. Elon Musk, CEO Tesla (perusahaan yang memproduksi mobil listrik), pernah mengungkapkan bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang hebat dalam produksi nikel.
Seperti diketahui, nikel merupakan bahan baku untuk produksi baterai lithium yang digunakan oleh kendaraan bermotor listrik berbasis baterai yang kini mulai populer di seluruh dunia.
Pada saat ini, sejumlah perusahaan yang telah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki lini bisnis pertambangan nikel yaitu PT Antam Tbk. (ANTM) dan PT Vale Indonesia Tbk. (INCO). Dua perusahaan ini berpotensi mengalami peningkatan permintaan nikel untuk kebutuhan mobil listrik.
Sementara itu, apabila Trump menang, emiten yang memiliki produk berorientasi ekspor, termasuk ekspor ke Amerika Serikat, diperkirakan akan menangguk untung. Seperti diketahui, Trump yang memiliki slogan Keep America Great itu sering mengungkapkan ketidaksukaannya dengan China.
Di saat Trump yang tidak menyukai China, termasuk produk-produk yang diproduksi oleh korporasi China tersebut, produk ekspor asal Indonesia dapat kian memperkuat pasarnya di Amerika Serikat. Pada saat ini, tidak sedikit emiten yang memiliki pasar di negara tersebut.
Di sektor mebel, emiten itu antara lain PT Integra Indocabinet Tbk. (WOOD). Di sektor lain seperti tekstil, emiten yang memiliki penjualan ke Amerika Serikat adalah PT Pan Brothers Tbk. (PBRX) dan PT Sri Rejeki Isman Tbk. (SRIL).
Secara umum, baik Trump atau Biden yang terpilih, Presiden Amerika Serikat yang dapat memulihkan kembali perekonomian negaranya akan berdampak terhadap perekonomian negara lain, seperti Indonesia, yang memiliki hubungan dagang dengannya.
Membaiknya perekonomian Amerika Serikat juga akan kian menggairahkan pasar saham yang sempat terpukul akibat pandemi virus corona. Dalam situasi demikian, aliran modal masuk (capital inflow) ke pasar saham Indonesia juga diharapkan dapat kembali bergairah.
Date: