3 Opsi Investasi Keuangan Untuk Pemula

Date:

[Waktu baca: 4 menit]

Aktivitas investasi kian digemari pada saat ini. Data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menunjukkan bahwa jumlah investor pasar modal naik menjadi 4,2 juta per 31 Januari 2021 dibandingkan dengan 3,87 juta pada 29 Desember 2020.

Jumlah investor ritel di pasar modal memang melesat selama pandemi di tengah kelesuan sektor riil. Pasar modal dianggap menjadi alternatif mencari penghasilan di tengah ekonomi yang tertekan. 

Perkembangan teknologi juga memudahkan masyarakat untuk mengakses pasar modal. Dengan berbekal smartphone, masyarakat bisa menjadi investor dalam waktu singkat. Begitupula dengan keberadaan media sosial yang memunculkan perasaan fear of missing out (FOMO).

Kendati demikian, perlu diingat bahwa suatu instrumen investasi belum tentu cocok dengan profil risiko seseorang. Saham, misalnya, adalah instrumen investasi yang memiliki risiko tinggi yang belum tentu cocok dengan orang yang memiliki profil risiko konservatif.

Proses investasi juga membutuhkan proses adaptasi secara bertahap. Seorang investor sukses yang berhasil membukukan keuntungan secara berkelanjutan dan konsisten awalnya juga pernah menjadi pemula. 

Apa sajakah instrumen investasi yang layak dijajal oleh investor pemula sebagai bagian dari tahap awal proses pembelajaran? Berikut ini berbagai pilihannya:

1. Deposito

Deposito adalah produk simpanan di bank yang menawarkan bunga lebih tinggi daripada produk simpanan biasa (tabungan) dan memiliki jangka waktu penyimpanan tertentu. Deposito adalah produk bank, bukan pasar modal. 

Mengapa deposito layak dijajal oleh investor pemula? Salah satunya adalah risikonya yang rendah. Simpanan Deposito dijamin oleh lembaga pemerintah, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), dengan ketentuan tertentu. 

Nilai simpanan yang dijamin oleh LPS mmaksimal Rp2 miliar. Sesuai undang-undang, LPS hanya bisa mengganti simpanan nasabah di bank yang dicabut izin usahanya. 

Hampir seluruh bank di Indonesia memiliki produk deposito yang sering disebut dengan istilah deposito berjangka. Di samping itu, uang yang disimpan dalam deposito tidak hanya dalam mata uang Rupiah, tapi juga valuta asing seperti Dolar Amerika Serikat, Yen Jepang, Poundsterling Inggris dan sebagainya.

Bank biasanya menetapkan dana minimum yang dapat ditempatkan di deposito. Besaran dana minimum tersebut bervariasi untuk setiap bank. Ada yang mulai dari Rp1 juta, ada pula yang mulai Rp10 juta.

2. Reksa Dana Pasar Uang

Reksa dana pasar uang adalah jenis reksa dana yang dananya ditempatkan dalam instrumen berisi deposito, Sertifikat Bank Indonesia hingga obligasi dengan jatuh tempo kurang dari satu tahun. Intinya, 100% dana ditempatkan di pasar uang.

Kinerja reksa dana pasar uang ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya perubahan suku bunga acuan. Pada saat suku bunga turun, potensi keuntungan reksa dana pasar uang juga memiliki kemungkinan untuk turun mengingat salah satu portofolionya adalah deposito, begitupula sebaliknya ketika suku bunga naik.

Berdasarkan pengalaman sejumlah produk, kinerja reksa dana pasar uang mengungguli kinerja deposito karena berbagai faktor. Kenapa reksa dana ini layak dijajal investor pemula? 

Reksa dana pasar uang merupakan reksa dana yang memiliki risiko paling rendah dibandingkan dengan reksa dana lainnya seperti reksa dana pendapatan tetap, reksa dana saham dan reksa dana campuran. Rendahnya risiko ini seiring pemilihan instrumen investasi yang juga memiliki risiko rendah.

3. SBN Ritel

SBN adalah singkatan dari Surat Berharga Negara atau obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah. Pemerintah menerbitkan SBN khusus untuk investor ritel atau perorangan.

SBN ini terdiri dari SBN konvensional seperti Obligasi Negara Ritel (ORI) dan Savings Bond Retail (SBR) serta SBN syariah seperti Sukuk Tabungan dan Sukuk Ritel. Investasi SBN ritel biasanya dapat dimulai dengan modal Rp1 juta.

Kenapa SBN ritel layak dijajal oleh investor pemula? Salah satu alasannya adalah pembayaran nilai pokok serta hasil investasi (berupa kupon atau imbalan) dijamin oleh APBN setiap tahunnya.  Dengan demikian, potensi kerugian dari proses investasi ini relatif kecil dibandingkan dengan instrumen lainnya.

Kendati demikian, perlu diingat bahwa investasi di SBN ritel juga tidak luput dari risiko, misalnya risiko likuiditas. Dalam investasi SBN ritel, dana tidak bisa setarik sewaktu-waktu. Kendati demikian, SBN ritel seperti ORI dan Sukuk Ritel dapat ditransaksikan di pasar sekunder. Sukuk Tabungan dan SBR juga memiliki fasilitas pencairan awal.