Rapor Menteri Kabinet Jokowi di Lantai Bursa Efek
[Waktu baca: 7 menit]
Belum lama ini Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno memperbarui data kekayaannya di arsip LHKPN Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Kekayaan pribadi Sandi per 31 Desember 2020 turun drastis dari kisaran Rp5 triliun jadi Rp3,81 triliun saja.
Ini merupakan kali pertama Sandi memperbarui laporan kekayaannya sejak tumbang dalam palagan Pilpres pertengahan 2019 silam. Dan, dari penurunan tersebut, bila dibedah sebagian besar aset Sandi yang berkurang wujudnya berupa kepemilikan surat-surat berharga.
Meski turun, Sandi tetap menyandang predikat orang paling kaya di Kabinet Indonesia Maju. Pasalnya, nominal aset-asetnya itu masih jauh mengungguli menteri-menteri Jokowi lainnya.
Sebagai gambaran, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono misal, yang menempati peringkat kedua menteri terkaya memiliki harta pribadi pada kisaran Rp2,42 triliun. Kekayaan Sakti, yang dikenal sebagai pengusaha menara, berselisih tipis dari Menteri BUMN Erick Thohir.
Erick sebenarnya belum memperbarui kekayaannya. Kali terakhir dia melaporkan LHKPN adalah per akhir 2019, dengan nominal Rp2,31 triliun. Rapor tersebut mengungguli Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Mendikbud Ristek Nadiem Makariem. Prabowo dan Nadiem masing-masing membukukan kekayaan Rp2,02 triliun dan Rp1,2 triliun.
Di bawah Nadiem, sisa menteri-menteri Jokowi lain mencatatkan rapor kekayaan di bawah Rp1 triliun. Termasuk Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menkomarves) Luhut Binsar Pandjaitan, yang telah melaporkan bahwa kekayaan terbarunya per 31 Desember 2020 berkisar Rp745,18 miliar.
Kekayaan Pribadi Menteri-menteri Jokowi (dalam Rupiah penuh)
Sumber: LHKPN KPK
Kekayaan Sandi boleh saja turun. Begitu pula kekayaan Erick yang tampak belum mencerminkan nilai terkini lantaran belum dibarui lagi.
Namun, di atas kertas, tampaknya tinggal menunggu waktu saja bagi dua pengusaha kakap itu untuk kembali memompa pundi-pundi harta mereka. Sebab, setidaknya di lantai bursa, perusahaan yang dikelola kedua pengusaha tersebut mengalami kenaikan harga yang signifikan.
Sandi Makin Tajir
Sandi jelas yang paling menarik untuk diulas. Di pasar modal, eks Wakil Gubernur DKI Jakarta ini menggenggam lebih banyak emiten daripada menteri-menteri lain. Per hari ini setidaknya masih ada 7 emiten yang memiliki afiliasi dengan Sandi, walau sebagian bukan tercatat atas nama pribadi.
Dari deretan emiten tersebut, saham yang pergerakannya paling moncer adalah PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG). Per akhir pekan ini, harga saham SRTG yang diperdagangkan dengan banderol Rp5.600 per saham telah menguat 59,54 persen secara tahun berjalan alias year to date (ytd).
Pergerakan ytd Saham SRTG
Sandi menggenggam 21,51 persen dari saham total SRTG atas nama pribadinya. Proporsi tersebut, mengacu laporan registrasi pemegang efek perseroan, setara dengan 583.565.429 lembar saham.
Bila dikonversi dengan harga saham terkini, artinya nilai kapitalisasi Sandi di SRTG telah menyentuh Rp3,26 triliun.
Beberapa entitas anak SRTG juga berstatus sebagai perusahaan terbuka. Mulai dari emiten menara PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG), perusahaan jasa konstruksi PT Nusa Raya Cipta Tbk. (NRCA), hingga emiten batu bara PT Adaro Energy Tbk. (ADRO).
Ada pula perusahaan penambang emas PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA), emiten sawit PT Provident Agro Tbk. (PALM), hingga emiten distributor motor Honda PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk. (MPMX).
Memang, tidak semua dari daftar emiten tersebut mencatatkan kenaikan harga saham. Namun, bila dihitung-hitung, agaknya deretan investasi SRTG masih dalam posisi diuntungkan. Terutama bila menimbang grafik positif yang ditunjukkan TBIG dan MPMX.
Saham TBIG akhir pekan ini ditutup pada posisi Rp2.530 per saham, naik 47,52 persen secara ytd.
Pergerakan ytd Saham TBIG
Sejauh ini TBIG memang belum merilis kinerja kuartal I/2021. Namun, rilis laporan keuangan tahunan perseroan menunjukkan isyarat positif.
Sepanjang tahun 2020, TBIG membukukan pertumbuhan pendapatan hingga 13,3 persen. Tepatnya dari Rp4,69 triliun pada 2019 menjadi Rp5,32 triliun pada 2020. Selain itu, pertumbuhan laba bersih perseroan juga tidak kalah menjanjikan.
Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk TBIG juga tumbuh pesat. Tepatnya dari Rp819,45 miliar pada 2019 jadi Rp1 triliun pada 2020, alias naik 23,2 persen.
Sementara itu satu emiten lain, yakni MPMX sebenarnya tahun lalu mengalami tekanan kinerja. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk MPMX terpangkas dari Rp433,06 miliar pada 2019 jadi Rp118,33 miliar saja pada 2020. Penurunan ini terjadi seiring berkurangnya pendapatan dari penjualan kendaraan MPMX, yang dipicu oleh krisis pandemi Covid-19.
Namun, sentimen insentif pajak kendaraan bermotor dan berbagai stimulus yang dikucurkan pemerintah membuat pergerakan saham MPMX justru cenderung positif. Per akhir pekan ini MPMX ditutup pada posisi harga Rp725, alias telah naik 34,25 persen sejak awal tahun.
Pergerakan ytd Saham MPMX
Ditambah dengan rapor positif TBIG, kenaikan saham MPMX tersebut menjadi kabar melegakan bagi Saratoga dan Sandi.
Setidaknya, dengan kenaikan kedua saham emiten tersebut, pukulan yang dirasakan portofolio Saratoga akibat jebloknya pergerakan saham sisa emiten lain bisa relatif diredam.
Pergerakan Emiten yang Terafiliasi dengan Sandiaga Uno
Erick Thohir Bersinar
Yang lebih sedikit bukan berarti lebih buruk. Kalimat tersebut agaknya pantas untuk menggambarkan kinerja emiten-emiten yang terafiliasi dengan sahabat karib Sandi, siapa lagi kalau bukan Menteri BUMN Erick Thohir.
Di BEI, setidaknya yang terungkap ke publik, per hari ini ada 2 emiten yang terafiliasi dengan Erick. Masing-masing adalah PT Mahaka Media Tbk. (ABBA) dan salah satu entitas anaknya, PT Mahaka Radio Integra Tbk. (MARI).
Walau secara jumlah emiten lebih sedikit, namun kenaikan harga saham emiten-emiten Erick jauh mengungguli Sandi.
ABBA misal, yang per akhir pekan ini sahamnya dibanderol seharga Rp224 per lembar, telah mengalami penguatan hingga 180 persen secara ytd.
Pergerakan ytd Saham ABBA
Sedangkan MARI telah mengalami kenaikan harga hingga 196 persen lebih. Tepatnya dari harga Rp90 per saham pada awal tahun menjadi Rp258 per saham per Jumat (7 Mei 2021). Bila dibandingkan, kenaikan harga yang dialami MARI dan ABBA relatif selaras dan acap terjadi dalam waktu hampir bersamaan.
Pergerakan Saham ytd Saham MARI
Gerak selaras itu salah satunya dipicu oleh sentimen pengangkat harga kedua saham yang juga relatif sama. Sentimen yang paling terasa adalah terkait agresivitas pengembangan platform podcast NOICE yang dikelola oleh MARI.
Pada pertengahan Februari 2021, MARI mengumumkan bahwa NOICE telah menyegel pendanaan dari dua investor moda ventura, Alpha JWC dan Grup Kynesis. Dalam paparan publik terakhirnya, perusahaan juga menyebut akan ada satu pendana lain yang akan masuk lewat investasi dengan pembelian convertible loan.
Belum dibocorkan siapa satu investor tambahan itu, namun perseroan menyebut bahwa entitas tersebut terafiliasi dengan salah satu startup unicorn.
Paparan visi yang jelas juga menjadi salah satu magnet MARI di kalangan investor. Dalam mengembangkan platform NOICE, perseroan menargetkan peningkatan pengguna aktif hingga 1,8 juta orang per akhir 2021.
Sebagai informasi, per 31 Desember 2020, pengguna aktif NOICE baru berkisar 450.000 orang. Artinya, bila bisnis berjalan tanpa aral melintang, perseroan menjamin bakal ada kenaikan arus pengguna NOICE hingga mencapai angka 4x lipat pada tahun ini.
Target Pengembangan NOICE Tahun 2021
Sumber: MARI
Adanya suntikan modal dan strategi bisnis menjanjikan tersebut seolah menutup potensi sentimen tekanan akibat kinerja keuangan perseroan. Apalagi, baik ABBA maupun MARI sama-sama belum merilis laporan keuangan tahunan masing-masing untuk periode 2020.
Bila mengacu kinerja sepanjang 9 bulan awal 2020, ABBA mengalami penurunan pendapatan hampir 50 persen bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy). Tepatnya dari Rp204,13 miliar pada kuartal III/2019 menjadi Rp107,96 miliar pada kuartal III/2020.
Kerugian bersih perseroan juga membengkak dari Rp5,01 miliar pada kuartal III/20219 menjadi Rp19,6 miliar pada kuartal III/2020.
Sementara itu, pendapatan MARI bahkan turun separuh lebih secara yoy. Tepatnya dari Rp108,34 miliar pada kuartal III/2019 menjadi kisaran Rp51,19 miliar pada kuartal III/2020 saja. Seperti halnya ABBA, kerugian bersih MARI sepanjang 9 bulan awal 2020 juga membengkak dari Rp1,55 miliar pada kuartal III/2019 menjadi Rp2,84 miliar pada kuartal III/2020.
Sebagai informasi, Erick mengendalikan ABBA dan MARI lewat Beyond Media. Perusahaan yang mayoritas sahamnya dia miliki.
Total kepemilikan Beyond Media di ABBA adalah 57,81 persen atau 1.592.831.618 lembar saham. Bila dikonvesrsi dengan harga saham terkini, artinya kapitalisasi PT Beyond di perusahaan tersebut setara dengan Rp356,79 miliar.
Sedangkan di MARI, Beyond Media memiliki 40,35 persen alias 2.119.299.600 lembar saham. Dengan dikalikan harga saham terkini, artinya nilai kapitalisasi Erick Thohir di emiten ini setara Rp546,77 miliar.
Menteri-menteri Lain
Kinerja keuangan tahunan yang buruk sebenarnya bukan hanya dibukukan Grup Mahaka. Emiten milik Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Pandjaitan, PT TBS Energi Sejahtera Tbk. (TOBA) juga mencatatkan kinerja relatif kurang memuaskan.
Berdasarkan laporan keuangan tahunan yang baru terbit Senin (3 Mei 2021), emiten yang sekitar 10 persen sahamnya masih dipegang oleh PT Toba Sejahtera, perusahaan milik Luhut tersebut hanya meraup pendapatan US$311,93 juta.
Bila dikonversi menjadi Rupiah dengan kurs Rp14.105 per US$ yang dipakai ketika pencatatan laporan, nominal tersebut setara Rp4,68 triliun, turun 36,83 persen dari kinerja tahun sebelumnya.
Memang, kinerja TOBA masih membukukan laba, yang artinya kondisi mereka tak separah emiten Erick Thohir. Hanya saja, nominal keuntungan TOBA terus menunjukkan kemerosotan.
TOBA mencatatkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar US$24,56 juta pada 2020 atau setara Rp346,47 miliar, turun 7,4 persen dari tahun sebelumnya.
Bila dirinci lagi, sektor pertambangan, yang menjadi penopang utama pendapatan perseroan tertekan cukup dalam. Pendapatan segmen ini turun 36,53 persen, tepatnya dari US$308,47 juta menjadi US$195,78 juta.
Pelemahan tidak kalah dalam juga dibukukan segmen pembangkit listrik, yakni hingga 37,39 persen. Tepatnya dari US$210,45 juta jadi US$131,75 juta.Sementara, segmen lain-lain perseroan terpukul pada kisaran 31,36 persen secara year on year (yoy).
Sumber Pendapatan TOBA (dalam Rp ribu)
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan
Apesnya, tak seperti emiten Erick yang rajin meyakinkan investor dan mendapat banyak kucuran modal dari korporasi besar, TOBA cenderung minim sentimen penggerak.
Akibatnya ketertarikan investor terhadap emiten ini relatif rendah, yang salah satunya bisa dilihat dari rendahnya nilai transaksi harian saham TOBA bila dibandingkan emiten-emiten batu bara lain seperti ADRO maupun PT Indika Energy Tbk. (INDY).
Imbasnya, secara ytd, saham TOBA pun relatif tertekan. Ditutup pada posisi harga Rp500 per Jumat (7 Mei 2021), saham TOBA melemah 4,76 persen secara ytd.
Pergerakan Saham TOBA
Sebagai informasi, Luhut berinvestasi di TOBA lewat PT Toba Sehahtera yang saham mayoritasnya dia kuasai. Kepemilikan PT Toba Sejahtera di TOBA per hari ini berkisar 10 persen atau setara 804.927.244 lembar saham.
Artinya, bila dikonversi, sisa nilai kapitalisasi Luhut di emiten tersebut kini berkisar Rp402,46 miliar.
Selain Luhut, sebenarnya masih ada menteri lain di kabinet Jokowi yang masih memiliki aset di pasar modal. Salah satunya adalah Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi.
Lutfi masih menggenggam PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC). Kepemilikan saham Lutfi di emiten ini tidak lepas dari rekam jejaknya yang pernah menjabat sebagai komisaris di entitas bisnis milik Arifin Panigoro tersebut.
Pergerakan ytd Saham MEDC
Hanya saja, sisa porsi saham MEDC yang masih dipegang Lutfi memang amat kecil. Tepatnya berkisar 2.402.333 lembar atau setara 0,1 persen. Saham MEDC secara ytd telah mengalami penguatan. Tepatnya dari Rp635 menjadi Rp690 per saham.
Bila dikonversi ke rapor tersebut, artinya nilai aset Lutfi di perusahaan ini tinggal sekitar Rp1,65 miliar. Angka yang relatif sangat kecil bila dibandingkan total aset pribadinya berdasarkan LHKPN KPK.
Date: